Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

JALAN YANG LURUS


Oleh: Yati Azim

Lurus dan bengkok itu berbeda. Ia tak sama. Perbedaannya jelas. Jika kemudian kita masih keliru dalam mengetahui hal ini maka sangat penting bagi kita untuk belajar mengenalinya. Tak salah jika kita banyak tahu sesuatu hal. Kelak, pengetahuan itulah petunjuk jika kita menyadarinya.

Lurus dan bengkok, jika mengaitkan hal ini dengan perintah dan larangan, maka lurus adalah 'perintah' yang mau tidak mau kita wajib takwa, sebab ada banyak keutamaan dan kebaikan di dalamnya. Sedangkan bengkok adalah 'larangan' yang mau tidak mau kita wajib meninggalkannya, sebab ada banyak kerusakan di dalamnya.

Tentu saja tak ada keinginan setiap kita untuk bengkok apalagi membelok. Iya khan? Sebab, sudah pasti diri tak sanggup dengan segenap pertanggungjawaban di hadapan Khalik kelak. Terhadap azab, pasti kita tak kuat membayangkannya saja. Apalagi jika betul-betul Allah SWT murka dengan sosok kita.

Dari sini waspada itu penting, jika seseorang memahami makna hidup dengan baik maka ia akan berupaya semaksimal mungkin menjemput kebaikan tersebut. Seperti perintah puasa di bulan Ramadhan. Atau menjauhi bentuk maksiat apapun yang jelas itu racun kehidupan hingga membuat sengsara.

Tapi, jika seseorang tidak memahami makna hidup dengan cara yang baik maka ia pun akan berupaya meminimalisir arti sebuah takwa. Atau justru anti pati tak peduli urusan puasa Ramadhan misalnya. Sungguh, kita tak ingin begini khan?

اهْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَÙ‚ِيمَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus," (TQS. Al-Fatihah: 6)

Mari kita senantiasa memohon kepada petunjuk-Nya. Kepada jalan yang lurus, jalan manusia yang sudah Allah SWT berikan kenikmatan pada waktunya kelak.

Posting Komentar

0 Komentar