Oleh: Lia Herasusanti
Saat kajian online beberapa waktu lalu, ada pertanyaan masuk terkait dengan membaca shalawat saat menginginkan sesuatu. Hampir sama dengan yang sedang tren saat ini. Jika melihat barang bagus, bilangnya, sholawatin dulu. Bahkan saat melihat laki-laki ganteng atau perempuan cantik, dan menginginkan mendapatkan jodoh serupa itu, maka yang diucapkannya pun sama, sholawatin dulu aja. Nah loh, sholawat kok dipakai untuk mendapatkan hal-hal bersifat materi?
Perlu dipahami bahwa ada nilai dalam setiap perbuatan kita. Sebagai contoh, seseorang yang bekerja, maka nilai perbuatannya adalah materi/gaji, karena jika tak menginginkan materi, namanya menolong/kerja bakti, nilainya menjadi nilai kemanusiaan.
Sedangkan membaca sholawat, nilai perbuatannya adalah ibadah, sebagaimana yang diperintahkan dalam Al-Qur'an surat Al Ahzab ayat 56,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya".
Sehingga jika kemudian sholawat dilakukan untuk mendapatkan materi, tentu ada penyimpangan dalam hal ini. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits,
"Umat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun" (HR.Ahmad, Ibnu Hinnan dalam kitab Shahihnya, Al Hakim dan Al Balai. Al Hakim mengatakan sanadnya shahih).
Lalu bagaimana dengan yang melakukan amalan sholawat dengan target materi, kemudian berhasil diperolehnya? Apakah itu dari jin? Jawaban hal ini dapat dilihat dalam Al-Qur'an surat As Syuraa ayat 20,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat."
Dari ayat di atas, jelas bahwa apa yang didapatkan di dunia, tetap berasal dari Allah. Namun karena hanya itu yang diinginkan, maka di akhirat kelak ia tak mendapatkan balasan apa-apa. Betapa ruginya.
Maka saat kita melakukan perbuatan, lakukan perbuatan itu sesuai nilainya. Jika kita menginginkan materi, lakukanlah aktifitas yang secara kausalitas bisa mendatangkan materi, seperti menjadi pegawai, menjadi pengusaha dan lainnya. Sementara saat kita melakukan amalan dengan nilai ruhiyyah, niatkan semata-mata untuk ibadah pada Allah. Maka sholat dhuha, dzikir, sholawatan, shadaqoh ataupun amalan bernilai ruhiyyajh lainnya, niatkan semata-mata karena Allah. Bukan karena ingin mendapatkan balasan materi.
Walaupun demikian, semua amalan itu akan mendapat nilai disisi Allah, saat kita menjalankannya sesuai aturan Allah. Baik perbuatan tersebut bernilai materi, kemanusiaan, akhlak maupun ruhiyah.
Semoga kita tak salah niat dalam melakukan perbuatan sehingga kita rugi saat kembali ke akhirat nanti. Aamiin~
0 Komentar