Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

HUT RI KE-79, MEDIA UMAT: SUDAHKAN INDONESIA BENAR-BENAR MERDEKA?


Momentum Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) Ke-79, Narator Media Umat Insan Maulana mempertanyakan, sudahkah Indonesia benar-benar merdeka?

"Sudahkah kita benar-benar merdeka?" Tanyanya sembari meragukan, melalui program Perspektif Media Umat, di kanal YouTube Media Umat, Jum'at (23/8/2028).

Sebab, ia mengungkapkan, di tengah peringatan HUT RI Ke-79 ini, terdapat segelintir elit yang dengan mudahnya memaksakan diri mewujudkan ambisinya di saat rakyat sedang menghadapi sulitnya kehidupan.

"Dengan gampang sekelompok elit itu membuat aturan perundang-undangan demi kepentingan segelintir orang, bahkan berani menggadaikan wilayah negeri ini selama 190 tahun bagi siapa saja yang mau berinvestasi di Ibu Kota Nusantara atau IKN," ungkapnya.

Demi ambisi, kata Insan, milik rakyat harus disalurkan untuk membangun ibu kota yang rakyat tak pernah diajak untuk membicarakannya.

"Bukanah negeri ini milik jutaan rakyat indonesia? bukan milik dia (elit yang berkuasa) dan kroni-kroninya? Janjinya semua akan dibiayai swasta, nyatanya uang rakyat yang jadi tumpuannya. Sepanjang sejarah Indonesia, saat mereka tak berkuasa utang itu dibebankan kepada rakyat di mana setiap anak baru lahir 30 juta rupiah menjadi bebannya," tandasnya.


Demokrasi Alat Ambisi

Insan pun menilai bahwa sistem demokrasi hanya dijadikan alat untuk melegalisasi semua kebijakan dan ambisi oleh segelintir elit (oligarki).

"Semua yang akan jadi wakil rakyat telah diatur. Para ketua umum partai politik dijerat dengan berbagai masalah hukum sehingga mau tak mau harus mengikuti semua kepentingan rezim.," nilainya.

Ia mengemukakan, undang-undang dikeluarkan untuk membuat lembaga negara tak bisa berbuat banyak.

"Jika ada aturan yang tak sesuai, buru-buru diubah demi kepentingan sesaat," ketusnya.


Rakyat Dijadikan Stempel

Insan juga menduga, demi kepentingan segelintir elit, rakyat sekadar dijadikan stempel atas apa yang telah dirancang melalui penerapan sistem politk dan pemerintah demokrasi.

Oligarki, lanjutnya, menjadi pihak yang paling diuntungkan sepanjang 79 tahun kemerdekaan.

"Hal seperti itu terus berlangsung, berganti pemimpin tak menjadi perubahan," ucapnya.

Bahkan, sambungnya, era reformasi yang digadang-gadang sebagai harapan baru perubahan, ternyata sama dengan era sebelumnya, bahkan menjadi lebih buruk lagi.

"Politik dinasti yang dulu ditentang, sekarang malah diwujudkan dengan tanpa malu-malu. KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) diulang dan dikuatkan," bebernya.


Dikekang Kapitalisme

Insan kemudian berpandangan, Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia, kini sedang dikekang dalam sistem kapitalisme liberal yang ditanamkan oleh imperialis barat sejak awal kemerdekaan.

"Siapun boleh menjadi penguasa nomor satu di negeri ini, asal tidak mengubah sistem yang ada pasti aman. Siapapun boleh berganti gaya dalam pemerintahan, asal menjaga konstitusi ala barat pasti akan selamat, tetapi miring sedikit ke Islam pasti ditumbangkan," ulasnya.

Itulah, terangnya, mengapa negeri ini tak pernah bangkit, sebab sistem bernegaranya berada dalam konstruksi penjajah dan dijalankan oleh boneka penjajah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Padahal, justru sistem yang berlaku sekarang inilah sumber masalahnya.

Maka, ia menegaskan, jika rakyat negeri ini ingin bangkit dan mendapatkan kehidupan yang baik, serta diridhai oleh Allah SWT pilihannya hanya ada satu, yakni kembali kepada sistem Islam, sistem produk Allah SWT yang terhindar dari berbagai kepentingan elit dan golongan.

"Hanya dengan itu negeri ini akan menjadi 'baldatun thayyibatun warabbun ghafur'. Merdeka secara hakiki," pungkasnya. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar