KH Laode Heru Elyasa dari Tabayyun Center menilai keberadaan pondok pesantren lintas agama tidak sesuai dengan khazanah (tradisi dan kebudayaan) yang dipahami umat Islam.
"Pondok pesantren lintas agama ini tentu tidak sesuai dengan apa yang dipahami umat Islam," ujarnya dalam Kabar Petang: "Pesantren Lintas Agama Dianggap Meresahkan dan Bahayakan Akidah Santri, Begini Sikap Ulama," di kanal YouTube Khilafah News, Senin (25/11/2024).
Karena santrinya dari berbagai agama, maka terang Kiai Laode, itu artinya di dalam pondok itu tidak sedang belajar Islam, tetapi belajar hal-hal yang lain di luar Islam.
"Maka sesungguhnya, ini adalah fitnah bagi umat Islam. Sehingga ini juga berpotensi untuk mereduksi 'kesakralan' (kesucian) pondok pesantren," nilainya.
Sebab, Kiai Laode mengulas, istilah pondok pesantren sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan dan sejarah Islam.
Jadi jelasnya, kalau kembali ke sejarah, keberadaan pondok pesantren adalah salah satu cara yang dipakai oleh para ulama terdahulu untuk mendakwahkan Islam.
"Kalau di Nusantara ini, pada abad ke-14, Syekh Maulana Malik Ibrahim memulai melakukan upaya dakwah dengan cara mendirikan pondok pesantren di Gresik. Kemudian pada abad ke-15, Sunan Ampel juga melakukan pendidikan Islam di pondok pesantren," tuturnya.
Sehingga, lanjut Kiai Laode, sebenarnya kalau berbicara tentang pondok pesantren, maka itu masuk pada setiap komponen umat Islam.
"Di sana ada santri makanya disebut sebagai pesantren. Kemudian ada ulamanya, ada kiainya, atau ada ustaznya yang kemudian tujuannya adalah untuk mengkaji Islam," pungkasnya.
Sebelumnya, Romo Yohanes, salah satu Pimpinan Gereja Kristen Ortodok di Rusia mengapresiasi pembangunan Pesantren Jatidiri Bangsa di Kediri. Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara, bertempat di Situs Persada Soekarno Ndalem Pojok, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.
"Dengan kehadiran tokoh agama dari Rusia ini, semoga menjadi tanda Indonesia bakal menertibkan dunia," kata Ketua Harian Situs Persada Soekarno Ndalem Pojok Kediri, Kushartono, Minggu (3/11/2024).
Di tempat ini, Romo Yohanes yang kini bertugas di Indonesia menyatakan sempat mengikuti materi pelajaran Pesantren Jatidiri Bangsa di Kediri.
"Saya senang sekali, bisa bertemu dan berkumpul disini, apalagi acuan pesantren ini adalah nasionalisme, dan kembali kepada jatidiri bangsa. Karena memang, manusia itu tidak bisa dilepaskan dari jatidiri bangsanya," katanya.
Selain dari Kristen Ortodok, juga hadir pada pertemuan itu Romo Salam Raharjo pemuka agama Hindu, Romo Wisnu Sugiman pemuka agama Katolik, Romo Pinandita Edi Sunyoto Pemuka agama Budha, Mangku Munandar Hindu dan Ki Bukori Kejawen. [] Muhar
0 Komentar